Pedagang Kaki Lima atau
disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut penjajahan dagangan yang Tour Belitung menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan karena jumlah kaki
pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua Belitung Tour kaki pedagang ditambah tiga
"kaki" gerobak (yang sebenarnya adalah tiga roda atau dua roda dan
satu kaki).
Saat ini istilah PKL juga
digunakan untuk pedagang di jalanan pada umumnya. Sebenarnya Paket Tour Belitung istilah kaki lima
berasal dari masa penjajahan kolonial Belanda. Peraturan pemerintah daerahan
Belanda pada waktu itu Travel Belitung menetapkan bahwa setiap jalan raya yang dibangun
hendaknya menyediakan sarana untuk pejalan kaki. Lebar luas untuk pejalan
adalah Paket Wisata Belitung lima kaki atau sekitar satu setengah meter.Keberadaan PKL merupakan
suatu realita saat ini, bersamaaan dengan tumbuh dan berkembangnya geliat
perekonomian di suatu kota. Hak-hak Tour Belitung Murah mereka untuk mendapatkan rejeki yang halal
di tengah sulitnya mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan
harapan tentunya tidak bisa dikesampingkan. Kehadiran mereka bermanfaat bagi
masyarakat luas terutama bagi yang sering memanfaatkan jasanya. Namun
keberadaanpedagang kaki lima memunculkan permasalahan sosial dan lingkungan
berkaitan dengan masalah kebersihan, keindahan dan ketertiban suatu
kota.Ruang-ruang publik yang seharusnya merupakan hak bagi masyarakat umum
untuk mendapatkan kenyamanan baik untuk berolah raga, jalan kaki maupun
berkendara menjadi terganggu.
Tidak dapat dipungkiri
bila saat ini banyak kualitas ruang kota kita semakin menurun dan masih jauh
dari standar minimum sebuah kota yang nyaman, terutama pada penciptaan maupun
pemanfaatan ruang terbuka yang kurang memadai. Memang persoalan kaum pinggiran
di berbagai kota menjadi persoalan yang dilematis. Di satu sisi pemerintah
daerah kota bertanggungjawab atas warganya dalam persoalan kesejahteraan. Di
sisi lain, pemerintah daerah membutuhkan wajah kota yang indah, bersih, dan
tertata sebagai tuntutan ruang kota yang sehat. Dari pilihan antara tata ruang
kota dan kesejahteraan warganya tersebut, Pemerintah daerah lebih memilih untuk
mengambil sikap yang kedua, yakni pentingnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar